LEGENDA ASAL USUL DESA PANGKUR DAN NAMA PEDUSUNANNYA
Cerita ini berdasarkan penuturan Mbah Jogoboyo Parmin, yang merupakan perangkat desa pada masa order baru, yang beliau dapat dari sesepuh Desa Pangkur pada masa itu yakni Almarhum Mbah Mulyo Sedono.
Berdasarkan penuturannya, Desa Pangkur sudah ada sejak jaman kerajaan. Nama Pangkur itu sendiri berasal dari kata KUR yang bermakna hanya sampai di situ saja. Digambarkan, bahwa pada tahun 1478, terjadi peperangan antara kerajaan Majapahit dengan Padjajaran di daerah tersebut. Dalam peperangan itu, prajurit yang dipimpin oleh Mbah Wariyem beristirahat di sebuah tempat yang sekarang disebut SERENAN. Berasal dari kata ‘PALERENAN’ yang artinya tempat beristirahat. Sebagian prajurit dipimpin oleh Mbah Bodro berhenti di satu tempat yang sekarang disebut PANGKUR. Berasal dari kata KUR yang bermakna sampai di situ saja. Salah satu prajutit heroik yang wafat, dimakamkan di sebuah tempat, ditandai dengan pohon juwet di sebelah timur tepian sungai.
Dalam perkembangan kehidupannya, beberapa dari mereka menyebar dan membuat pemukiman yang sekarang disebut NGLERI yang berasal dari kata KLELERAN dan KERI. Kleleran yang bermakna tidak ada yang mengurus, dan Keri yang artinya ketinggalan. Beberapa yang lain, dipimpin oleh Mbah Koso dan Mbah Dombo berjalan dan beristirahat di sebuah tempat yang terdapat sebuah kolam atau BALONG dan pohon Capang. Daerah tersebut yang sekarang dikenal dengan BALONGCAPANG. Sebagian yang lain, berjalan ke arah selatan dan memulai hidup di wilayah yang sekarang disebut SAMBIROBYONG yang berasal dari kata sambi yang berarti pohon SAMBI dan ROBYONG dari kata NGREMBOYONG yang berarti rindang. Dari sejarah tersebut lah akhirnya terbentuk istilah PANGKUR, SERENAN, NGLERI, BALONGCAPANG, dan SAMBIROBYONG.
Seiring berjalannya waktu, berakhirlah masa kerajaan berganti menjadi masa kolonial. Pangkur yang semula adalah kelompok tanpa pemerintahan formal, akhirnya diambil alih oleh Belanda. Pihak kolonial membentuk dan menata system pemerintahan Desa Pangkur. Diawali dengan memerintahkan seorang Palang atau Camat yang berasal dari Desa Danguk bernama IRO SENTONO yang kemudian menunjuk IRO DIMEJO yang tidak lain adalah menantunya sendiri sebagai BEKEL atau LURAH pada hari Sabtu Kliwon tanggal 11 Agustus 1883 ditandai dengan sabda atau ucapan “ Menunjukmu menjadi seorang BEKEL sampai anak cucumu”. Pemerintahan Desa Pangkur akhirnya berjalan dan berkembang hingga sekarang